Selasa, 27 Maret 2012

PENEMUAN "TITIK BEKU" AIR SEBENARNYA



Menurut penelitian yang dilakukan oleh Valeria Molinero dari University of Utah dan dipublikasikan di jurnal Nature, menyatakan bahwa belum tentu wujud air akan membeku pada "nol derajat Celcius". Air bisa tetap berbentuk cair meski suhunya jauh berada di bawah ‘titik beku’ itu. Kondisi air yang tetap cair dalam kondisi temperatur di bawah 0 derajat Celsius itu sendiri disebut juga dengan ‘supercooled’ water. Adapun peneliti menemukan bahwa supercooled air cair tersebut bisa tetap cair sampai suhunya berada di -48 derajat Celsius.

Dari penelitian yang dilakukan terungkap bahwa, jika ingin membuat es dari air cair, kita perlu memiliki "bibit" es di dalam cairan tersebut, yakni berupa kristal yang menjadi "inti" di mana kristal lain terbentuk.

Namun dalam air murni, yang tidak memiliki kandungan atau partikel lain di dalamnya, dimana inti atau nukleus penting bisa terbentuk, titik beku jadi lebih sulit dicapai karena sifat thermodynamics yang tidak lazim yang dimiliki H20.

Air sangatlah unik karena memiliki perilaku yang berbeda dengan cairan lain. Sebagai contoh, es air mengambang di atas air. Padahal, umumnya benda padat tenggelam jika ditempatkan di benda cair. Begitu juga besi padat tenggelam saat dicelupkan di wadah yang berisi besi cair.

Kepadatan air juga berubah bersamaan dengan perubahan temperatur dan kondisi terpadat adalah saat berada di suhu 3,8 derajat Celsius. Ini menjelaskan mengapa ikan bisa bertahan hidup di bawah es karena berenang di air yang lebih hangat dan lebih padat di bagian bawah danau.

Dengan menggunakan model komputer, Molinero dan rekan-rekannya timnya kemudian melakukan simulasi terhadap perilaku "supercooled water" dalam level mikroskopik. Mereka menguji coba apa yang akan terjadi terhadap 32.768 molekul air jika didinginkan, menghitung kapasitas panas dari air, tingkat kepadatan dan tekanannya. 1.000 jam kemudian, hasilnya terungkap. Batas temperatur di mana air dipastikan akan membeku adalah di -48 derajat Celsius.

“Air yang mendingin hingga -40 derajat Celsius bisa ditemukan di awan,” kata Molinero. “Anda perlu hasil temuan ini untuk memprediksi berapa banyak air yang ada di atmosfir dalam bentuk cair atau kristal. Ini penting untuk melakukan prediksi terhadap perubahan iklim global,” ucapnya.

Molinero menyebutkan, penelitian ini lebih dari sekadar memecahkan rasa kepenasaran secara ilmiah. Ilmuwan yang berkutat di masalah pemanasan global juga perlu mengetahui berapa temperatur dan tingkat kecepatan di mana air membeku dan mengkristal menjadi es.



Sumber: nationalgeographic.co.id

Dominasi Dolar AS Hampir Berakhir? Ini Alasan dan Faktanya



REPUBLIKA.CO.ID, Dolar bisa jadi mata uang global yang pernah ada di muka bumi. Selama berdekade, penggunaan mata uang dolar Amerika Serikat mutlak dominan dalam perdagangan internasional.

Kini lebih dari 60 persen cadangan devisa luar negeri berada dalam bentuk mata uang dolar. Namun, terlihat tanda-tanda perubahan besar di horizon.

Beberapa pemain besar ekonomi di bumi mulai bergeser satu sama lain. Mereka membuat kesepakatan untuk tidak lagi menggunakan dolar dalam perdagangan internasional. Media arus besar Amerika Serikat, anehnya justru terkesan ogah dan diam menanggapi situasi ini.

Padahal ada pula beberapa bangsa produsen minyak yang telah menggunakan mata uang lain. Situasi ini menjadi ancaman bagi sistem petrodollar yang telah berkuasa hampir empat dekade.

Bukan cuma itu, institusi kakap internasional sekelas PBB dan IMF bahkan mengeluarkan laporan resmi mengenai kebutuhan untuk bergeser dari dolar AS menuju mata uang global baru yang lebih menjanjikan.

Kekaisaran dolar AS terancam. Perubahan konstelasi perdagangan internasional dan kekuatan ekonomi juga memberi pengaruh besar terhadap ekonomi AS.

Sebagian besar perubahan itu dipicu oleh Cina sebagai kekuatan ekonomi nomor dua dunia di muka bumi. Kekuatan dan ukuran ekonomi Cina diproyeksikan bakal menyalip kekuatan AS pada 2016. Bahkan pengamat memprediksi kekuatan ekonomi Cina akan menjadi tiga kali lipat ketimbang AS pada tahun 2040.

Jadi, dengan posisi Cina saat ini sangat lumrah bila muncul pemikiran: mengapa dolar AS tetap terus menonjol jika ekonomi Cina tak lama lagi menjadi nomor satu di planet?

Sejumlah kesepakatan dan fakta berikut yang diulas menarik dalam blog The Economic Collaps, bisa dijadikan pertanda mengapa kekaisaran dolar AS dalam mata uang dunia diprediksi berakhir.

1. Cina dan Jepang membuang Dolar AS dalam perdagangan bilateral

Beberapa bulan lalu, kekuatan ekonomi nomor 2 (Cina) dan si nomor 3 (Jepang) meneken kesepakatan yang mempromosikan penggunaan mata uang mereka sendiri, bukan dolar AS, ketika berdagang satu sama lain. Ini menjadi kesepakatan luar biasa penting yang diabaikan sepenuhnya oleh media AS, namun tidak oleh media Eropa. Berikut ialah kutipan laporan BBC.

"Cina dan Jepang mengumumkan rencana mempromosikan pertukaran langsung mata uang mereka untuk memotong biaya bagi perusahaan dan mendongkrak perdagangan bilateral.

Kesepakatan ini memungkinkan para perusahaan untuk langsung saling menggunakan mata uang Cina dan Jepang satu sama lain. Sebelumnya, bisnis di kedua negara ini harus membeli dolar AS sebelum menukar lagi ke mata uang yang diinginkan, sistem ini tentu menambah biaya ekstra.


2. Para anggota BRICS (Brasilia, Rusia, India, Cina dan Afrika Selatan) berencana memulai penggunaan mata uang mereka sendiri ketika berdagang satu sama lain.

BRICS terus memamerkan ototnya. Sebuah kesepakatan baru bakal mengusung penggunaan mata uang nasional dalam perdagangan antar anggota BRICS, alih-alih menggunakan dolar. Kutipan di bawah diambil dari Zeebis.com satu portal berita bisnis di India.

Lima kekuatan baru ekonomi dunia yang tergabung dalam BRICS (Brasilia, Rusia, India, Cina dan Afrika Selatan), bersiap untuk menyuntikan momentum ekonomi besar ke dunia dengan penandatangan dua pakta utama.

Dua kesepakatan itu akan memungkinan penggunaan fasilitas kredit dalam mata uang lokal di bisnis antar negara BRICS. Kesepakatan itu akan diteken langsung oleh pemimpin lima negeara.

Pakta itu diharapkan mendorong skala perdagangan antar-BRICS yang telah tumbuh menjadi 28 persen selama beberapa tahun terakhir. Namun dengan hitungan 230 miliar dolar, angka itu masih dibawah potensi yang dimiliki oleh lima kekuatan ekonomi tersebut.

3. Kesepakatan Mata Uang Cina-Rusia.

Rusia dan Cina sudah lama dikenal selalu dalam posisi bersebrangan dengan Amerika. Ada urusan apa mereka harus membayar dengan dolar AS? Kedua negara ini selama lebih dari setahun telah menggunakan mata uang nasional mereka ketika berdagang satu sama lain.

Pemimpin dari kedua negara bertahun-tahun sangat getol mengadvokasi agar dunia menuju mata uang lain sebagai cadangan devisa global. Keduanya pun bertekad kuat meruntuhkan dominasi kekuatan dolar AS yang telah lama menjadi amunisi perdagangan internasional.

4. Peningkatan mata uang Cina di Afrika.

Menurut anda siapa partner dagang terbesar Cina? Bukan Amerika Serikat. Pada 2009, Cina menjadi partner perdagangan terbesar di negara-negara Afrika. Cina kini secara agresif mencoba meluaskan penggunaan mata uangnya di benua tersebut.

Sebuah laporan dari bank terbesar Afrika, Standard Bank, baru-baru ini menyatakan sebagai berikut. "Kami memprediksi paling sedkit 100 dolar AS dalam perdagangan Sino-Afrika--lebih dari angka perdagangan Cina dan Afrika pada 2010--akan digantikan dengan renminbi sepenuhnya hingga 2015.

Cina benar-benar memiliki tekad mutlak untuk mengganti cara bagaimana perdagangan internasional dijalankan. Dalam titik ini, sekitar 70 ribu perusahaan Cina resmi menggunakan mata uang negaranya dalam transaksi antar perbatasan

5. Kesepakatan Cina dan Uni Emirat Arab.

Cina dan Uni Emirat Arab juga telah sekapat menyingkirkan dolar dan menggunakan mata uang mereka langsung dalam transaksi jual beli minyak.

Memang UEA sekadar pemain kecil, namun langkah ini pasti sebuah ancaman bagi sistem petrodollar. Apa yang akan terjadi terhadap petrodollar jika negara penghasil minyak lain di Timur Tengah mengikuti jejak itu?

6. Iran

Jangan tanya soal negara satu ini. Iran dikenal sebagai salah satu bangsa paling agresif bila menyangkut sikap menjauh dari mata uang dolar AS dalam perdagangan internasional.

Contoh, berdasar laporan media, India akan mulai menggunakan emas untuk membeli minyak dari Iran.

Ketegangan antara AS dan Iran sepertinya jauh dari kata menyurut. Iran juga terlihat terus melakukan manuver yang berpotensi menyulitkan dan menyakitkan AS dalam keuangannya

7. Hubungan Mesra Cina dan Arab Saudi.

Siapa yang paling banyak mengimpor minyak Arab Saudi? Lagi-lagi bukan Amerika Serikat. Cina ialah importir terbesar.

Cina mengimpor 1,39 juta barel minyak per hari dari Saudi pada Februari lalu. Angka itu melonjak 39 persen dibanding waktu yang sama tahun lalu.

Arab Saudi dan Cina tengah berkolaborasi mendirikan kilang minyak masif di Arab Saudi. Pemimpin dari dua negara juga bekerjasama secara agresif untuk meluaskan kerjasama dagang kedua bangsa.

Berapa lama Arab Saudi akan setia dengan petrodollar jika Cina menjadi konsumen paling penting? Ini pertanyaan utamanya.

8. PBB mendorong gagasan mata uang baru bagi dunia.

Lembaga tertinggi dunia, PBB telah merilis laporang yang menyerukan secara terbuka agar mencari alternatif selain dolar AS sebagai cadangan devisa dunia.

Dalam laporan yang menitikberatkan topik tersebut menyerukan, "sebuah sistem cadangan global baru di mana AS tak lagi dominan.."

"Sebuah sistem cadangan global dalam diciptakan, satu bentuk yang tak lagi bergantung pada dolar AS sebagai mata uang cadangan tunggal utama."

9. IMF Mendesakkan Mata Uang Cadangan Baru

Lembaga keuangan internasional, IMF, juga menerbitkan serangkaian laporan yang mendesakkan agar dolar sebagai mata uang cadangan devisi digantikan dengan yang lain.

Laporan yang menyoal tema tersebut berjudul, "Akumulasi Cadangan dan Stabilitas Moneter Internasional," mengajukan gagasan mata uang masa depan yang dinamai 'Bancor'. Bank Central global masa depan bisa didapuk menjadi institusi yang bertanggung jawab untuk menerbitkan mata uang tersebut.

"Mata uang global, bancor, yang diterbitkan oleh bank central global, akan dirancang memiliki nilai simpan stabil yang tidak terikat secara eksklusif dengan kondisi ekonomi negara tertentu. Perdagangan dan keuangan terus tumbuh cepat dan integrasi secara global pun meningkat, karena itu penting, prespektif lebih luas untuk ikut pula tumbuh beriringan.

Bagaimana jika kerajaan dolar AS sebagai mata uang cadangan dunia benar-benar berakhir. Berikut adalah beberapa efek yang digambarkan oleh pengamat ekonomi Michael Payne, yang dilansir OpEDNews.

"Keruntuhan dolar juga akan membawa perubahan radikal dalam gaya hidup warga Amerika. Ketika ekonomi tsunami benar-benar menghantam, maka kondisi itu akan membuat resesi ekonomi 2008 tak lebih dari gundukan kecil. Begitulah perbandingannya.

Sebagian besar warga Amerika tak menyadari betapa rendah harga bensin di AS dibanding dengan negara lain di dunia. Ada area di Eropa di mana warganya harus membayar dua kali lipat dari harga bensin di AS.

Memang pajak berpengaruh, tapi yang paling berperan besar adalah penggunaan dolar dalam hampir seluruh transaksi minyak di dunia. Hari ini, AS mengonsumsi hampir seperempat minyak dunia. Seluruh ekonomi di negara itu bertumpu sebagian besar di atas kemampuan menyediakan transportasi barang murah dan layanan jarak jauh.

Apa yang terjadi bila harga bensin melonjak dua kali lipat atau tiga kali dari saat ini. Apa yang terjadi jika semua berubah. Bagaimana jika ketertarikan terhadap dolar dan piutang AS mengering secara dramatis.

Menurut Michael Payne, semua prediksi yang dipaparkan mengenai keruntuhan dolar AS tidak bakal terjadi semalam. Namun ia menekankan betapa penting memantau pergerakan ini karena perubahan sudah mulai tumbuh, berakar dan bercabang.

Yang pasti kondisi saat ini benar-benar menunjukkan ada pegerakan nyata menjauhi dolar dalam perdagangan internasional. Jadi, kapankah perubahan besar terjadi? Hanya waktu yang akan membuktikan.