Jumat, 01 Mei 2009

Green Canyon di Indonesia



KapanLagi.com - Jika merasa terlalu jauh berkunjung ke Green Canyon yang ada di Amerika sana, sekarang Anda tidak perlu terlalu kecewa lagi. Indonesia ternyata juga memiliki Green Canyon sendiri yang tak kalah cantiknya. Sebenarnya tempat ini punya nama asli yaitu Cukang Taneuh. Nama Green Canyon sendiri dipopulerkan oleh seorang warga Perancis pada tahun 1993. Sedangkan Cukang Taneuh punya arti yaitu jembatan tanah. Hal itu dikarenakan di atas lembah dan jurang Green Canyon terdapat jembatan dari tanah yang digunakan oleh para petani di sekitar sana untuk menuju kebun mereka.

Green Canyon Indonesia ini terletak di Desa Kertayasa, Kecamatan Cijulang, Ciamis, Jawa Barat. Dari Kota Ciamis sendiri berjarak sekitar 130 km atau jika dari Pangandaran berjarak sekitar 31 km. Di dekat objek wisata ini terdapat objek wisata Batukaras serta Lapangan Terbang Nusawiru.

Objek wisata mengagumkan ini sebenarnya merupakan aliran dari sungai Cijulang yang melintas menembus gua yang penuh dengan keindahan pesona stalaktif dan stalakmitnya. Selain itu daerah ini juga diapit oleh dua bukit, juga dengan banyaknya bebatuan dan rerimbunan pepohonan. Semuanya itu membentuk seperti suatu lukisan alam yang begitu unik dan begitu menantang untuk dijelajahi.

Untuk mencapai lokasi ini wisatawan harus berangkat dari dermaga Ciseureuh. Kemudian melanjutkan perjalanan dengan menggunakan perahu tempel atau kayuh yang banyak tersedia di sana. Jarak antara dermaga dengan lokasi Green Canyon sekitar 3km, yang bisa ditempuh dalam waktu 30-45 menit. Sepanjang perjalanan kita akan melewati sungai dengan air berwarna hijau tosca. Mungkin dari sinilah nama Green Canyon berasal.

Begitu terlihat jeram dengan alur yang sempit yang sulit dilewati oleh perahu berarti sudah sampai di mulut Green Canyon, di mana airnya sangat jernih berwarna kebiru-biruan. Di sinilah awal petualangan menjelajah keindahan objek wisata ini dimulai. Dari sini wisatawan dapat melanjutkan perjalanan ke atas dengan berenang atau merayap di tepi batu. Disediakan ban dan pelampung bagi yang memilih untuk berenang. Meski harus menempuh cara seperti ini, perjalanan dijamin sepenuhnya aman. Bahkan untuk anak-anak 6 tahun ke atas cukup aman untuk menyusuri aliran sungai dengan menggunakan ban dan dipandu oleh pemilik perahu yang disewa.

Perjalanan akan terus berada dalam cekungan dinding terjal di kanan kiri aliran sungai. Dinding-dinding untuk menyajikan keindahan tersendiri, yang paling unik berbentuk menyerupai sebuah gua yang atapnya sudah runtuh. Selain itu di bagian atas beberapa kali pengunjung akan melewati stalaktit-stalaktit yang masih dialiri tetesan air tanah. Setelah beberapa ratus meter berenang, akan terlihat beberapa air terjun kecil di bagian kiri kanan yang begitu menawan. Jika diteruskan berenang maka pengunjung akan sampai pada ujung jalan, di mana terdapat gua yang dihuni oleh banyak kelelawar.

Alur aliran sungai ini cukup panjang, sehingga pengunjung dapat berenang sepuas-puasnya sambil mengikuti arus dari air terjun. Selain pemandangan indah di atas permukaan air, Green Canyon akan menjadi surga tersendiri bagi yang suka menyelam. Tinggal membawa beberapa alat selam, pemandangan menakjubkan cekungan-cekungan di dalam air siap untuk ditelusuri dan dinikmati, lengkap dengan beragamnya ikan-ikan yang berenang ke sana kemari di dasar lubuk. Bagi yang suka menantang adrenalin, dapat meloncat dari sebuah batu besar dengan ketinggian 5m ke dasar lubuk yang dalam.

Di mulut gua terdapat air terjun Palatar dengan percikannya yang begitu deras yang semakin membuat suasana di objek wisata ini terasa begitu sejuk. Berbagai aktivitas menyenangkan dapat dilakukan di sini mulai dari panjat tebing, berenang dan bersampan sambil memancing.

Pengunjung yang berkunjung ke Green Canyon ternyata bukan hanya dapat berwisata, objek wisata ini juga kaya akan mitos. Konon bagi yang ingin mendapatkan jodoh dan awet muda bisa mengusapkan air yang menetes dari celah-celah tebing Green Canyon ke wajah beberapa kali. Hal ini sangat dipercayai beberapa pengunjung terutama yang domestik. Bahkan air tersebut juga dapat diminum langsung dan rasanya seperti air mineral.

Namun untuk bisa benar-benar menikmati keanggunan Green Canyon, pengunjung harus paham dengan musim-musimnya. Saat terbaik untuk bisa menikmati keindahan Green Canyon adalah beberapa saat setelah masuk musim kemarau. Karena jika pada musim hujan, dikhawatirkan deras arus sungai membuat warna airnya menjadi coklat. Bulan Mei sampai dengan September adalah saat yang terbaik untuk berkunjung.

NEGERI KUNTUM MAWAR PENGHASIL MINYAK MAWAR TERBAIK


Minyak dari bunga mawar sebagai bahan campuran pembuatan parfume mahal

Apabila ingin orang mencari parfum ternama dan memiliki kualitas terbaik, tentu akan mengaitkan dengan kota Paris sebagai pusat mode dunia. Akan tetapi tahukah Anda bahwa minyak mawar terbaik yang digunakan sebagai bahan campuran parfum bukan berasal dari Perancis, melainkan dari negeri Balkan, Bulgaria.

Merek-merek parfum ternama di dunia seperti Nina Ricci, Chanel, Christian Dior, Kenzo, Givenchy dan Gucci, seringkali menggunakan minyak mawar sebagai bahan potensial bagi produk parfum andalannya. Dan saat ini mereka mulai menggemari minyak mawar Bulgaria yang konon memiliki kualitas terbaik.

Minyak bunga mawar sangat berharga
Produsen utama minyak mawar dunia saat ini diantaranya ialah Bulgaria, Turki, Maroko, Iran, Perancis dan Italia. Sekitar 60 hingga 70 persen produksi minyak mawar dunia telah diimpor oleh Perancis.

Menurut para ahli, karakteristik iklim yang khusus di Bulgaria, telah membuat produksi minyak mawarnya lebih beraroma dan tahan lama. Hal inilah yang membuat produsen minyak wangi bersaing untuk memakainya.

Dalam dunia internasional, harga minyak mawar secara konstan terus meningkat, sesuai dengan jenis pengolahan yang diperlukan untuk menghasilkan bahan mentah yang berharga ini.

Harga minyak mawar saat ini telah mencapai 4.000 Euro (sekitar Rp 56 juta), yang dapat menghasilkan sekitar 1 kg minyak mawar.

Para ahli dari Institute of Roses and Essential and Medical Cultures yang berlokasi di Rose Valley (Lembah Mawar) Bulgaria, memprediksikan bahwa peningkatan permintaan minyak mawarnya bisa jadi akan melonjak tajam.

Gucci Perfume
Produksivitas substansi parfum yang berharga ini, benar-benar telah menyerap tenaga kerja yang banyak. Untuk menghasilkan dua pound (= 0.9 kg) ekstrak minyak mawar, membutuhkan 5.500 pound (sekitar 2,5 ton) hingga 6.600 pound (2,9 ton) mahkota bunga mawar.

Dengan alasan itu, harga minyak mawar seringkali dibandingkan dengan harga emas. Di Bulgaria misalnya, minyak mawar seberat 0.002 lb (sekitar 9 gram) dijual 10 Euro (Rp 148 ribu).

Waktu untuk memanen bunga mawar hanya terdapat 20 hari pertahunnya. Demi mendapatkan produksi minyak mawar yang banyak dan dengan kualitas terbaik, pemetik bunga harus pergi ke kebun bunga jam 5 pagi.

Bunga mawar harus dipanen sebelum embun pagi menguap. Menurut ahli, hasil panen bunga mawar pada dua pagi hari yang berlainan akan menghasilkan minyak mawar yang berbeda karakteristiknya.
Perkebunan bunga mawar yang luas siap untuk masa panen

Minyak mawar tidak hanya digunakan untuk parfum dan kosmetik saja. Minuman brandy dan selai juga terbuat dari mawar. Ekstrak minyak mawar juga digunakan sebagai obat untuk beberapa penyakit.

Orang Amerika telah menemukan kegunaan lain dari minyak mawar, yakni digunakan untuk memelihara peralatan pesawat antariksa. Hal ini dikarenakan minyak mawar lebih tahan terhadap berbagai temperatur.

Minyak mawar juga terkandung dalam parfum paling mahal yang bermerek “Her Majesty First”. Saat ini telah dipajang untuk dijual di Spanyol. Sebotol 500 ml "Her Majesty First” seharga 195.000 Euro ( Rp 3,6 milyar).

Satu botol mini cairan mewah ini berisi minyak essensial sedikitnya 170 jenis bunga mawar. Parfum berharga ini dibuat oleh Clive Christian yang memakan waktu 1 tahun masa pembuatannya.
Her Majesty First dari Clive Cristian sebagai parfum termahal

Dieng Plateu, Bumi Khayangan di Tanah Jawa

Telaga Warna dengan background Gunung Sindoro

Dieng Plateu, adalah sebuah tempat dengan kondisi demografis yang dikelilingi oleh beberapa gunung dan pegunungan, menyuguhkan panorama yang tak habis meninggalkan decak kagum. Udaranya yang sejuk, dan kabutnya yang turun di hampir setiap waktu, telah memberikan daya tarik tersendiri. Jika sinar matahari cerah mengalahkan kabut yang pergi menyingkir, maka akan terlihat pemandangan gunung dan pegunungan di sekitarnya yang menampakkan denyut kehidupan. Lekuk-lekuk Sungai Serayu, kebun-kebun kentang, perumahan penduduk, dan lahan-lahan tembakau terhampar.

Disini kita juga bisa mendirikan kemah
Biasanya, ketika tiba pagi pertama bagi para turis yang datang ke Dataran Tinggi Dieng, mereka akan diajak ke Menara Pandang. Selain dapat menikmati golden sunrise dari timur Gunung Sindoro dan pegunungan Tlerep, kita juga bisa menatap sebagian besar pesona Dataran Tinggi Dieng (Dieng Plateu). Dataran Tinggi Dieng, tercatat berada pada ketinggian yang berkisar antara 1200 s/d 2550 meter di atas permukaan laut (mdpl). Tepat terletak di antara dua daerah kabupaten: Banjarnegara dan Wonosobo, juga termasuk dalam dua wilayah kecamatan: Batur dan Pejajar.

Iklim dan suhu yang mendukung kesuburan tanahnya, menjadi sumber penghidupan penduduk di sana. Dingin yang menggigit tulang, tak jadi aral rintangan bagi penduduk di sana untuk melakukan aktivitasnya setiap hari. Daerah ini bertemperatur rata-rata 18°Celcius pada siang hari, dan 12 s/d 16 °Celcius pada malam atau pagi hari. Pada waktu musim kemarau, suhu dapat turun drastis di bawah titik nol derajat Celcius. Rendahnya suhu tersebut membekukan embun. Menurut petani Dieng, kristal-kristal embun yang sering disebut embun upas sangat tidak bersahabat. Tanaman kentang dan kubis mereka terancam jika embun ganas tersebut datang. Bahkan menurut penuturan masyarakat asli Kabupaten Wonosobo, pada pagi hari di musim kemarau suhunya bisa mencapai -2 s/d -4°Celcius. Dengan suhu sedingin ini kadang membuat para petani kentang gagal panen, karena kentang mereka membeku.

Rendahnya temperatur ini juga dapat membuat beberapa jenis tanaman tumbuh subur di sana. Sebagian kecil lahan tembakau yang subur, tampak lebih jelas bila dipandang dari sebuah penginapan yang diapit oleh keindahan pemandangan dari dua Gunung, Sindoro dan Sumbing.

Perkebunan Teh Tambi di Dieng Plateu, begitu pula halnya dengan Perkebunan Teh Tambi yang berada di lereng pegunungan Sindoro dan Sumbing di ketinggian 800 s/d 2000mdpl. Perkebunan Teh Tambi ini telah tumbuh subur sejak tahun 1865 hingga sekarang. Kabut yang kerap turun di sana, malah menjadi nilai tambah bagi pesonanya.Tak sedikit turis yang betah berlama-lama memandangi hamparan hijau kebun teh sambil sekaligus berkunjung ke pabrik pengolahannya yang terletak tak jauh dari sana. Jika semua aktivitas telah usai, para turis dapat menikmati secangkir hangat teh Tambi.

LEGENDA DI DIENG PLATEU

Dieng dan pesonanya, juga menyimpan legenda yang menjadi cerita asal mulanya. Mangutip penuturan Pak Salim kepada sebuah media cetak,ia mengatakan ada legenda yang hidup dan dipercaya penduduk disana. “Dieng itu dari bahasa Jawa,yaitu dhi dan hyang yang artinya gunung, dan hyang diambil dari kata para hyang, yang artinya para dewa dewi. Jadi, Dieng itu artinya gunung tempat para dewa dewi. Bisa dilihat, di sini juga ada banyak situs-situs candi peninggalan agama Hindu," ungkapnya.
Komplek candi Arjuna

Perjalanan dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor (motor atau mobil) dari kota Wonosobo menuju Dieng Plateu. Jaraknya kurang lebih hanya 26 km. Jika telah tiba di kompleks candi Arjuna, pengunjung dapat melihat deretan candi yang berdiri tegak di sana. Ada Candi Arjuna, Candi Srikandi, Candi Puntadewa, Candi Sembadra, dan Candi Semar. Dari hasil penelitian para ahli sejarah, kelompok candi Arjuna ini dibuat pada pertengahan abad ke-8. Diperkirakan candi peninggalan agama Hindu Civa (Hindu Shiwa) ini, usianya lebih tua daripada Candi Borobudur yang ada di Yogyakarta.

Selain itu, masih ada beberapa kelompok candi lainnya yang terletak terpisah beberapa kilometer dari kelompok candi Arjuna. Kelompok candi lainnya itu adalah Candi Gatotkaca dan Candi Bima.

Situs-situs bersejarah ini berada dalam area cagar budaya yang terawat baik. Letaknya dikelilingi oleh pegunungan Pangonan. Tak jauh dari kawasan candi Arjuna, terdapat tempat wisata lain yang juga ramai dikunjungi. Telaga Warna dan Kawah Sikidang.

Telaga Warna dengan latar belakang dua gunung besar, yaitu Gunung Sindoro yang berketinggian mencapai 3151 meter dan di sebelahnya, yaitu Gunung Sumbing dengan ketinggian 3371 meter. Telaga yang tampak berwarna hijau kebiruan dan bening berkilauan ditimpa sinar matahari, adalah sebuah telaga yang dibuatkan oleh Pangeran calon menantu sang Ratu. Konon pada saat itu ada dua calon yang akan diangkat menjadi menantunya. Oleh karena itu, diadakanlah sayembara adu cepat membuat telaga. Salah satu Pangeran, jadi pemenangnya. Namun saat sang Ratu sedang berjalan-jalan dan melihat telaga dengan airnya yang begitu tenang, Ratu menjadi tertarik dan mencari tahu tentang siapa pembuatnya. Akhirnya keputusan tentang pemenang sayembara tersebut, dicabut. Pangeran pembuat telaga beriak tenang dengan airnya yang bening berkilauanlah yang menjadi pemenangnya. Ketika Ratu tengah mandi di telaga ini bersama anak perempuannya yang cantik, baju-baju mereka diterbangkan angin dan jatuh ke dalam telaga. Baju-baju mereka melunturi air telaga, hingga air telaga menjadi berwarna. Sejak itulah, telaga ini disebut sebagai Telaga Warna. Legenda Telaga Warna ini, masih tetap hidup dan dipercaya oleh penduduk di kawasan Dieng.

Pada bagian lereng bukit dekat dengan Telaga Warna, ada sebuah kawah yang disebut dengan nama Kawah Sikidang. Kawah ini berkadar belerang rendah, hingga pengunjungnya tetap banyak yang datang mendekat ke Kawah Sikidang. L. Agus. Tjugianto, seorang penduduk asli Kabupaten Wonosobo sekaligus pemilik Kledung Pass Hotel dan Restaurant yang berlokasi tak jauh dari Telaga Warna dan Kawah Sikidang, menuturkan kepada para peserta tour bahwa Kawah Sikidang berasal dari sebuah legenda rakyat Wonosobo. “Dipercaya, bahwa di dalam kawah tersebut dulunya ada sebuah istana milik seorang ratu yang cantik. Namanya Shinta Dewi. Pada suatu masa, ia dilamar lengsung oleh pangeran yang menurut kabar, adalah pangeran yang tampan dan kaya raya. Namun ternyata Shinta Dewi kecewa. Pangeran ini bertubuh manusia dan berkepala kijang. Namanya, Kidang Garungan. Maka untuk mempersulit proses lamarannya, Shinta Dewi bersiasat dan meminta syarat untuk dibuatkan sumur yang sangat besar dan sangat dalam di sana. Ketika sumur tersebut hampir selesai, Shinta Dewi dan para pengawalnya mengurug sumur itu. Kidang Garungan ikut tertimbun di dalamnya. Dengan mengerahkan segala kesaktiannya untuk keluar dari sana, sumur itu meledak. Permukaannya menjadi panas dan bergetar. Namun setiap kali Kidang Garungan ingin keluar dari sumur ini, sumur ini terus menerus diurug. Akhirnya Kidang Garungan sangat marah hingga mengutuk bahwa seluruh keturunan Shinta Dewi akan berambut gembel.”

Setelah menikmati indahnya Kawah Sikidang yang terus mengepulkan asap belerang ini, pengunjung dapat menengok aneka ‘buah tangan’ yang dijual para penduduk di los-los terbuka dekat area parkir dan gerbang masuk kawasan wisata Kawah Sikidang. Ada aneka bentuk dan kreasi kerajinan perak, buah dan manisan Carica Dieng dalam kemasan, cabe Dieng, keripik jamur, hingga jamu purwaceng. Setelah diteliti, ternyata tumbuhan yang disebut purwaceng (yang ini dipercaya dapat mendokrak vitalitas)  ini termasuk jenis tanaman ginseng yang tumbuh juga di Korea dan Cina.

Tak jauh dari lokasi ini juga ada Bimolukar (Bima Belukar). Sebuah tempat mata air Sungai Serayu yang berasal dari Gunung Perahu (2596mdpl), dan dianggap sebagai air suci bagi umat Hindu. Masyarakat Bali biasa menggunakan air suci dari sumber mata air ini untuk ritual sembahyang, dengan terlebih dahulu diinapkan semalam sebelum dibawah ke pulau bali. Di sekitar mata air ini rimbun dengan pepohonan dan menuju gerbang masuknya, seringkali beberapa ekor monyet yang telah jinak, muncul dan diam berlama-lama di sana. Sungguh sebuah pemandangan yang unik.
Telaga Cebong tempat yang nyaman untuk berkemah dan menyaksikan Sun Rise atau Sun Set

Untuk yang suka berkemah kita dapat berkemah di telaga warna atau yang agak jauh letaknya di telaga cebong disini kita dapat menyaksikan matahari terbit atau terbenam dan udara yang menusuk kala malam.
Dieng Plateu Theather, dengan HTM Rp 3.000 kita bisa menyaksikan film tentang Dieng berdurasi 20 menit